Rabu, 20 Februari 2008

CINTA ADALAH...

CINTA ADALAH…
Salah satu yang dapat membuat orang bahagia adalah cinta. Sastrawan kelahiran Libanon, Khalil Gibran, mengatakan sesuatu tentang cinta. “Alangkah bodohnya orang-orang yang mengira bahwa cinta datang dari persahabatan yang lama dan rayuan yang tak henti-hentinya. Cinta hakiki adalah buah pemahaman rasa spiritual, yang jika tak bisa tercipta dalam sekilas pandang, ia tidak bisa diciptakan dalam bilangan tahun atau bahkan satu generasi sekali pun.”
Cinta adalah buah pemahaman jiwa yang timbul dalam sekali pandang. Sepasang insan yang jatuh cinta adalah insan yang masing-masing telah mengerti dan memahami jiwa pasangannya dalam sekali pandang, tak peduli perbedaan ruang, waktu, status, kedudukan, dan usia. Cinta sejati datang pada jiwa-jiwa yang sudah dipertautkan. Proses jatuh cinta itu sendiri adalah penyatuan dua jiwa yang bertemu kembali setelah berpisah.
Pada waktu orang membolehkan cinta sejati muncul, hal-hal yang tadinya teratur menjadi berantakan dan menjungkirbalikkan semua yang tadinya kita kira benar dan betul. Dunia akan menjadi suatu kenyataan saat orang belajar mengenal arti cinta; sampai saat itu tiba, kita akan hidup dalam keyakinan bahwa kita tahu arti cinta, tapi kita selalu tidak punya keberanan untuk menghadapi arti cinta sebenarnya. Cinta adalah kekuatan yang tak akan pernah ditundukkan kalau kita berusaha mengendalikannya, cinta akan menghancurkan kita. Kalau kita coba memahaminya, cinta akan meninggalkan kita dalam kebingungan.

( Pada saat tulisan ini dibuat, nyawa saya pasti belum ngumpul
sepenuhnya sesaat setelah bangun tidur)

MOMEN AJAIB

MOMEN AJAIB
Kata orang bijak, tujuan hidup selain untuk bertahan hidup adalah memperoleh kebahagiaan. Kalau untuk bertahan hidup, mungkin hampir sebagian besar orang atau mahluk hidup di dunia ini dapat melakukannya, tetapi memperoleh kebahagiaan? Belum tentu. Padahal, kalau kita peka terhadap petunjuk alam yang diberikan Yang Mahakuasa kepada kita setiap harinya, kebahagiaan itu tentu dapat diperoleh dengan berusaha.
Paulo Coelho, sastrawan dari Brazil mengungkapkan di dalam salah satu bukunya bahwa setiap hari, selain matahari, Yang Mahakuasa juga memberikan kepada kita satu momen ajaib untuk kita gunakan. Momen ajaib itu dapat berupa apa saja yang dapat mengubah ketidakbahagiaan kita menjadi kebahagiaan. Sayangnya, tidak semua orang peka akan petunjuk itu dan membiarkan kesempatan itu berlalu begitu saja. Pada saat mereka mulai percaya dengan apa yang namanya keajaiban dan berharap momen ajaib itu datang kembali menghampiri mereka, momen ajaib telah berlalu jauh meninggalkan mereka.
Jadi, ketika dirimu sangat menginginkan sesuatu, berdoalah kepada Yang Mahakuasa. Setelah itu, perhatikan segala sesuatu di sekelilingmu —bahkan yang sepertinya terlihat sepele – dengan saksama. Siapa tahu, pada saat itu alam sedang bersatu untuk membantu mengabulkan segala keinginanmu dengan memperlihatkan tanda-tanda sebagai petunjuk. Dan...Oops..lihat itu!... Momen ajaib datang!!!..., ayo, kejar dan tangkap!!!... sebelum dia lewat dan meninggalkanmu begitu saja.
Selamat mencari pertanda dan menangkap momen ajaib...

Senin, 18 Februari 2008

BUNGA UNTUK IBU

Ini adalah artikel yang saya ambil dari majalah Intisari edisi November 2007. Cukup mengharukan, bikin kita jadi mikir tentang bakti apa yang sudah kita berikan kepada Ibu tercinta.

BUNGA UNTUK IBU
Tadi malam Ibu menelepon, mengingatkan aku bahwa besok ia berulang tahun. Tentu saja aku tak pernah lupa. Kalau ngomong soal Ibu, aku selalu teringat kisah Pau Casals i Defillo, alias Pablo Casals musikus Spanyol yang juga dikenal sebagai konduktor andal.
Dalam buku Wisdom, ia menceritakan bagaimana dulu ayahnya melarang dirinya bermain musik karena sebagai seniman hidupnya pasti tak bakal terjamin. Maklum mereka keluarga miskin. Itulah sebabnya sang ayah menginginkannya menjadi pengusaha agar bisa kaya. Beruntung sang ibu membela. "Bocah ini adalah hadiah Tuhan, dan tugas kita sebagai orangtua menuruti keinginannya." Di tengah keterbatasan hidupnya, sang ibu membanting tulang demi mewujudkan cita-cita sang anak. Beruntung aku juga memiliki ibu seperti itu. Bagiku ia lentera hidupku, benteng gading, pohon suka citaku, dan bejana yang patut dihormati.
Pagi ini saat berangkat ke kantor aku mampir ke sebuah floris, memesan buket bunga untuk dikirim ke Yogya sebagai ucapan ultah Ibu. Di trotoar depan toko bunga itu pandanganku terantuk pada seorang gadis cilik yang sedang terisak menangis. Kutanya mengapa, ia menjawab lirih, "Saya ingin membeli seikat bunga mawar merah untuk Mama. Tapi uang saya tidak cukup." "Oh begitu. Baik, mari masuk akan kubelikan bunga yang kau inginkan" jawabku sambil menggandengnya masuk toko.
Setelah membelikan gadis itu seikat mawar merah, aku memesan bunga dan memberikan alamat rumah ibuku. Merasa iba, kutawarkan pada gadis cilik ini untuk mengantarnya pulang. "Baik Pak. Terima kasih mau mengantarkan saya." Di luar dugaan, ia menunjukkan jalan menuju ke sebuah pemakaman. Sesampainya di sana ia meletakkan bunganya di atas gundukan tanah merah yang masih baru.
Melihat pemandangan ini hatiku terharu sekaligus juga teriris. Di punggung gadis cilik yang sedang bersimpuh di depan pusara itu tampak sekelebat bayangan renta wajah ibuku, sendirian nun jauh di rumah sana. Selepas mengantarkan gadis tersebut, aku bergegas kembali ke toko bunga. Tanpa pikir panjang kubatalkan kiriman bunga. Sebagai gantinya kubeli sebuah buket bunga yang paling bagus. Sambil menelepon kantor minta cuti sehari, lantas tancap gas menuju bandara. Akan kuantar sendiri bunga untuk Ibu.

UKBI untuk Ekspatriat

Sekitar akhir Desember 2007, ada beberapa telepon yang masuk ke Tim UKBI Pusat Bahasa meminta informasi tentang UKBI. Yang meminta informasi pada saat itu adalah staf-staf bank asing yang berkantor di daerah Sudirman, Jakarta Pusat. Tidak hanya melalui telepon, mereka juga meminta penjelasan tentang UKBI dengan mengundang anggota Tim UKBI ke kantor mereka. Ada pula yang datang ke Pusat Bahasa untuk mendapatkan informasi lebih jauh tentang UKBI.
Selidik punya selidik, ternyata Bank Indonesia mengirimkan surat edaran kepada bank-bank di Indonesia yang memiliki pegawai asing. Isi surat edaran itu, antara lain menerangkan bahwa pegawai berkewarganegaraan asing yang bekerja di bank-bank di Indonesia harus memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang cukup baik atau memadai. Kemampuan itu harus dibuktikan dengan mengikuti uji standar kebahasaan yang diselenggarakan oleh institusi/lembaga yang diakui pemerintah. Hasil uji kemampuan berbahasa Indonesia yang berupa sertifikat tersebut harus mereka miliki paling lambat sekitar bulan Maret 2008.
Meningkatnya permintaan pengujian UKBI untuk para ekspatriat tersebut juga berdampak pada peningkatan permintaan pengajaran BIPA. Itu terbukti dari adanya tawaran kerja sama dari lembaga swasta yang menangani kursus BIPA di bilangan Sudirman menyusul kebijakan Bank Indonesia tersebut. Seandainya kebijakan Bank Bank Indonesia tentang kemampuan berbahasa Indonesia orang asing itu ditiru instansi lain di Indonesia, pasti para ekspatriat akan berpikir sekali lagi untuk mengatakan “English please!” kepada bawahannya di Indonesia.